Ulang Tahun Misykati dan Keseruannya
Asap mengepul dari
pelataran Misykati. Di balik gerbang, tiga orang jongkok sambil memegang kipas.
Mereka mengibaskannya ke atas dan ke bawah. Di depan mereka tiga tungku
berjajar. Di atasnya, potongan bebek sebesar kepalan tangan terbakar oleh arang
yang membara.
“Sini gabung, Ga.”
Sapa Bung Dlopir.
“Sebentar, Bung.”
Di tengah aula lima
mbak-mbak Bawel duduk melingkar. Masing-masing memegang pisau. Mereka
mengiris-iris berbagai macam sayuran. Di sisi jendela, mas Tubagus dan mbak
Aini sedang memasang banner. Sedangkan di dapur, Anjaz sibuk dengan
bumbu-bumbuan dan piring kotor. Tak seperti biasanya.
Di kamar depan mas
Yusuf tertidur lelap. Seolah acuh tak acuh dengan kesibukan teman-teman di
sekelilingnya. “Dia sudah bantu belanja dari pagi sampai siang tadi.” Kata mas
Fariz. Di kamar belakang, mas Ilham, yang biasanya mengajar ngaji Waroqot setiap
Jumat, sedang menata mangkuk plastik. Ia tak sendirian, mas Wahyu dan Julpi
menemaninya.
“Ga, sini gantian.”
Panggil bung Dlopir dari pintu depan.
“Siap.”
Baru beberapa kali
mengipas, mas Fadli menyela, ”Mengipasnya dari atas ke bawah.”
Satu jam berlalu
tanpa terasa. Tiba-tiba terdengar seruan dari dalam aula.
“Guys, sudah
selesai?” seru mas Daus.
“Sudah semua.” Sahut
mas Hasyid.
Bersih-bersih selesai.
Aula sudah rapi. Dapur bersih dari tumpukan piring dan wajan kotor. Tehnya juga
sudah siap. Kamar belakang penuh dengan mangkuk berisi nasi dan seonggok bebek
sebesar kepalan tangan di atasnya.
Nafik dan Arga maju
ke depan dan membuka acara. Dulu keduanya dijuluki dua sejoli. Selain karena
pernah terlibat cinta monyet di OPPK, mereka juga sering jalan bersama.
Alih-alih keduanya telah dijodohkan orang tuanya.
Malam ini, 7 April
2018 merupakan malam puncak HUT Misykati ke-21. Ini merupakan perayaan rutin
tahunan. Selalu dimotori oleh ketua Misykati yang berbeda. Kang Daus untuk
tahun ini.
Kemudian bacaan ayat
suci al-Quran. Kang Mukhlis Gridzeft beraksi. Ia memang sejak dulu langganan
menjadi qori pada setiap acara Misykati. Kepiawaiannya melenggak-lenggokkan
suara membuat kaum hawa terpana. Begitu selesai, Muta'ani berdiri. Mengajak
hadirin melantunkan lagu Indonesia Raya dan mars MAPK. Muta'ani al-Asy’ari
lengkapnya. Nama belakangnya diambil dari nama belakang kekasihnya saat ini,
Dzulfikar. Keduanya telah menjalin hubungan asmara sejak duduk di bangku
aliyah.
Amu muwafiq tak
beranjak dari tempat duduknya. Beliau dengan tegas menyampaikan permohonan maaf
kepada Misykatian lewat sambutannya. Beberapa bulan belakangan beliau sibuk.
Tak sempat mengikuti agenda-agenda Misykati. Terakhir beliau berpesan agar
semangat kemisykatian selalu dijaga.
Tak jauh berbeda,
Kang Daus juga menekankan tentang semangat kemisykatian. Namun hal itu ia
sampaikan melalui pidato kemisykatiannya, “Lentera Misykati semakin
Redup." Ia mengibaratkan minyak lentera sebagai kaderisasi. Kaderisasi
yang melemah. Sebagian besar senior dan sesepuh sibuk dengan kegiatannya. Kang
Daus menekankan dua hal. Peka dan tanggap. Menurutnya kedua hal itu adalah
kunci hidupnya Misykati. Kemudian sumbunya diibaratkan sebagai Misykatian
anyar. Sumbu yang baru tentu menghasilkan cahaya yang lebih terang. Begitu pun
Misykatian anyar yang diharapkan dapat membawa Misykati menjadi lebih terang di
kemudian hari. Hadirin khidmat mendengarkannya.
Beberapa menit
kemudian, dua lelaki tampan hadir di hadapan hadirin. Mereka adalah: bang Irung
dan bang Muk. Meski tampan tapi keduanya jomblo. Ketampanannya tak mampu menarik hati kaum
hawa. Jomblo free-hatin sebutannya.
Sebelum memulai pembagian hadiah, mereka mengulas sedikit asal usul penamaan
Pitik Cup.
Pitik Cup adalah
ajang perlombaan untuk memperebutkan seekor ayam. Dinamai Pitik Cup karena
memang yang diperebutkan benar-benar seekor ayam. Perlombaan pertama dilaksanakan
pada Sabtu, 31 Maret. Di mulai tepat pukul 1 siang di aula Misykati. Terdapat 4
cabang lomba di dalamnya. Masing-masing dimenangkan oleh: Grizard memenangkan PES dobel, sesepuh memenangkan
karambol dobel, Gridzeft memenangkan dakon, dan Grazeta memenangkan ular
tangga. Lomba selesai pukul 10 malam. Waktu tak memadai.
Lomba di lanjutkan 6
hari setelahnya. Futsal per-kelurahan dan voli antar angkatan. Tepatnya Jumat,
6 April pukul 2 siang di lapangan Sallab. Suhunya mencapai 35° celsius. Cukup
panas memang. Namun perlombaan tetap saja berlangsung seru. Tak disangka-sangka
kelurahan 61 keluar sebagai juara futsal. Berhasil mengalahkan kelurahan katak
yang notabenenya pemain dari kesebelasan Walisongo. Disusul angkatan ganjil
yang juga berhasil menyabet kemenangan dalam lomba voli. Suatu prestasi yang
cukup menggembirakan. Di samping kualitas permainannya yang tidak begitu apik,
mereka juga terbatas dengan postur yang pendek. Namun kekompakan tim mampu
menghantarkan mereka meraih kemenangan.
Kedua lomba berlangsung
sangat meriah. Antusiasme Misykatian tak kalahnya suporter Walisongo dalam
memeriahkan perayaan kali ini.
Kalau di acara
tivi-tivi ada nominasi awards, seperti nominasi pria terkaya di dunia,
pria tertampan di dunia, atau yang lainnya, ternyata Misykati juga punya. Tentu
ala Misykati. Seperti nominasi jomblo terlama yang diraih oleh kak Rosyad
Sudrajat. Beliau termasuk angkatan sesepuh. Satu tahun tepat di bawah angkatan
ustadz Djazam. Sudah tiga tahun lebih pengembaraannya mencari jodoh. Namun
nyatanya beliau tak kunjung mendapat pasangan. Oleh sebab itu beliau layak
menyandang nominasi ini. Kemudian kakak terlembek diraih oleh mas Fathur. Entah
apa yang mendasari penobatannya. Tapi yang jelas ia berbadan gempal dan kekar. Kakak
ter-playboy adalah mas Wahyudin. Siapa sangka ia yang setiap Sabtu
mengajar Tuhfatussaniyah bisa menyandang nominasi ini. Memang di luar
dugaan. Dedek terbawel diraih oleh Nurul. September bulan lalu ia baru
menginjakkan kakinya di Kairo. Sejak dari aliyah ia dikenal tak banyak bicara.
Bahkan ia jarang sekali terlihat mengobrol dengan orang lain. Dan terakhir
kakak termenor. Diraih oleh mbak Safrida. Bedak mukanya tebal. Bibirnya tak
pernah lepas dari gincu. Sering berpakaian terang yang warna-warni. Tak salah
bila ia menyandang nominasi ini. Memang terdengar konyol, namun hadirin
menikmatinya.
Jam dinding
menunjukkan pukul 22.00 Clt. Nafik dan Arga menutup acara. Riuh tepuk tangan
menyelimuti aula. Meriah.
Labels
Kemisykatian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar