Berkah Hape Xiaomi Bikin Mukhlis Ketua Misykati
Asli, tak ada nama Mukhlis
dalam bursa calon ketua Misykati. Blas. Kebayang pun tidak. Nah inilah yang
bikin penasaran. Apa mungkin karena gantengnya? Hnnnggak deh.
Sekarang
ini aku tak sedang merundung merek maupun pengguna hape asal Tiongkok, loh, ya.
Faktanya, kini Xiaomi memang menghiasi banyak genggaman milenial. Hampir 65%
orang-orang yang kukenal juga memakainya. Jadi spontan saja kalau secara alam
bawah sadar namanya kerap kusebut.
Di sini
sebenarnya aku mau mempraktikkan ilmu legendaris Jaya Suprana, yaitu cocoklogi.
Alasannya begini: di saat para senior membahas calon ketua Misykati, satu pun
tak ada yang menyebut Mukhlis Gridzeft. Kiai Pakenthon yang merupakan teman
seangkatan juga tak merekomendasikan. Kebanyakan malah mengerucut ke satu nama
yang pada hari H mendadak menghilang. Untuk menjaga nama baiknya, aku tak mau
sebut identitasnya, cukup inisialnya saja: WM.
Namun,
ya, entah. Menit-menit jelang pencoblosan, desas-desus nama Mukhlis menyebar
dan menguat. Persis seperti keberadaan Sandiaga Uno yang disebut sebagai si
Kuda Kitam—bukan kambing hitam, Broh. Makanya ini sudah kayak misteri dan
karenanya patut diselidiki. Apakah murni atau memang ada oknum yang mengebiri
nama lain? Jujur, agak sulit mengidentifikasinya. Yang bisa kita lakukan
mungkin cuma menebak-nebak saja.
Usai bertapa sebelas hari sebelas malam pascapemilihan,
setidaknya diriku pernah berjuang aku
mendapat beberapa petunjuk yang menjawab mengapa Mukhlis. Yang
pertama, dia memiliki putra-putri Gridzeft yang banyak, sekitar 13 orang. Kalau
ditambah anggota Gridzeft sendiri, totalnya 17 orang. Angka ini sudah lebih
dari 50% total peserta. Namun, angka ini tak menjamin. Buktinya, Wahyudin putra
Gravent bisa meraup 15 suara padahal trah angkatan genap cuma 6 yang hadir.
Artinya, pemilih Wahyudin di luar angkatan genap juga banyak.
Petunjuk
yang kedua, Mukhlis tak pernah marah. Selain itu, dia juga pernah menjadi imam
masjid di bilangan Mathariah, Kairo. Berdasarkan lagu “Masuk Pak Eko” yang
sedang digandrungi Kak Ochad, Mukhlis bisa dikategorikan sebagai sosok yang
“Lugu dan baik hatinya, juga taat agama. Walaupun umur tak muda, tapi manis
senyumnya.” Sayangnya, asumsi ini kontroversial. Soal taat agama mungkin iya,
tapi soal senyum yang manis, ah, itu fitnah.
Petunjuk
terakhir, elektabilitas Mukhlis terdongkrak sebab keberadaan hape Xiaomi-nya.
Dalam bahasanya Roy Kiyoshi, mungkin si hape bisa mengeluarkan “energi dahsyat”
yang mendorong orang-orang untuk memilihnya. Kalau Sang Sufi sendiri
menyebutnya dengan “berkah.” Jadi kayak ada faktor non fisik tapi punya
pengaruh fisik. Ini dia asumsi yang terkuat. Rujukannya bisa sampai rezim Ustaz
Ilham Azizi, Lc., which is tiga tahun yang lalu.
Dulu
itu, sebelum naik tahta pada 2015 Kang Ilham pakai Samsung Galaxy Tab.
Kemudian, dia mencoba Xiaomi. Kun fa yakun, saat pemilihan ketua untuk
periode 2015-2016 beliau terpilih, mengalahkan Pandu Blackberry. Tesis kedua
tentang Ayatullah Elhaqqi alias Supri yang terpilih pada periode selanjutnya.
Sama seperti Kang Ilham, Supri juga pakai Samsung tapi bukan tab, melainkan
tipe Galaxy imut, eh, Mini. Padahal kalau mengingat pertarungan kandidat saat
itu, Darmono sangat mungkin mengalahkan Supri. Namun, saat itu ia masih pakai
Lenovo, dan karena yang pakai Xiaomi adalah Supri, jadilah ia ketua.
Fenomena
selanjutnya adalah Anis Safrida alias Idut. Sejak ia datang di Mesir, Sony
adalah kawan setianya sampai ia menjabat wakil ketua menemani Supri. Namun, di
tengah masa jabatan ia sengaja mengganti hapenya dengan Xiaomi. Karma pun
datang: Idut menjadi ketua Misykati, sedangkan Supri yang jadi wakil—tapi di
jabatan yang lain: KSW.
Kebayang,
kan. Yang baru pada hijrah ke Xiaomi saja dapat karma jadi ketua, apalagi
Muhammad Firdaus alias Kiai Pakenthon. Di kala Tebhe dan Fatur pakai Samsung,
Wahyu Sony, dan Nizar Microsoft, Kiai gadungan ini sejak kedatangannnya pada
2015 sudah jadi pengguna Xiaomi. Bahkan di Lipia ia sempat mengepalai Xiaomi
Fanbase beranggotakan Indro Jegel, Ama Tungtung, dan Jamal, tapi bukan
Jamal-nya Tebhe, ya. Jadi, di lingkungan Misykati karmalah yang menanti Pak
Kiai, bukan sebaliknya.
Maka
tidaklah aneh bila Mukhlis dapat memenangkan pertarungan melawan Tebhe dan
Wahyudin. Para analis mengatakan, Tebhe tentu saja kalah karena dia pakai
Samsung. Adapun Wahyudin, walau sudah hijrah ke Xiaomi, tapi Mukhlis lebih
dulu. Sebab itu putra Tegal ini tak mampu meraup suara mayoritas.
Kalau dihitung, sejak orde Ustaz Ilham sampai sekarang,
sudah lima kali ketua Misykati dijabat oleh pengguna Xiaomi. Aku
yakin ini bukan kebetulan belaka. Pasti ada ikatan takdir—cieh—antara Xiaomi
dan ketua Misykati. Apalagi, fenomena ini terjadi berturut-turut.
Biasanya
kalau sesuatu terjadi berturut-turut, itu tandanya Tuhan memang berkehendak demikian.
Seperti apa, ya. Hmmm, mungkin seperti jumlah gadis trah genap yang cuma dua di
tiap angkatannya. Katakanlah pada 2010, ada Mba Nadia dan Mba Lutfiani. Kemudian
ada Teh Neli dan Mba Izza pada 2012. Dua tahun kemudian, ada Nikmah dan Silma.
Ke bawah lagi, ada Izzati dan Lala. Ini berbeda dengan gadis trah ganjil yang
angkanya random. Pada 2011 ada Mba Iis saja. Dua tahun kemudian, tidak ada yang
datang. Berlanjut pada 2015, saat itu ada Mumuk dan Binti. Nah, tahun lalu,
malah ada lima gadis.
Apabila
Muklis berkesempatan membaca ini, sekali lagi harus “kami” tegaskan bahwa
keterpilihannya bukan sebab konspirasi. Baik Dek Kampleng, Darmono, maupun aku,
sama sekali tak merencanakan misi ala-ala elit global. Perkara dia jadi ketua
anggap saja itu pilihan Tuhan dan itulah yang terbaik. Masyaallah.
Labels
Artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar